Butuh makalah ini? Download Gratis, klik disini
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada umumnya, kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi
karya seni masih kurang. Kemampuan masyarakat dalam mengapresiasi karya seni
baru pada tahap penerimaan (mengamati, menyenangi karya seni), sangat sedikit
yang mampu memberikan tanggapan secara rasional terhadap karya seni. Tingkat
kesadaran masyarakat mengenai fungsi seni bagi kehidupan kurang disadari,
padahal kehadiran karya seni dalam berbagai aspek kehidupan dirasakan sangat
penting dan tidak dapat kita pisahkan kehadirannya. Masalah kekurangtahuan
masyarakat terhadap keragaman produk seni rupa disebabkan oleh karena fasilitas
untuk mensosialisasikan karya seni (pada umumnya) jauh dari mencukupi,
disamping kurangnya wacana apresiasi di kalangan masyarakat sendiri.
Seiring dengan masih rendahnya tingkat apresiasi seni di
masyarakat dalam konteks pendidikan seni pada jenjang pendidikan formal
ditentukan sikap apriori dari berbagai pihak. Mata pelajaran ini hanya
dipandang sebagai pelengkap saja. Padahal tanpa kita sadari bahwa dalam praktek
kehidupan, kita tidak bisa lepas dari aspek berkesenian.
Pendidikan seni di sekolah seyogyanya diberikan dengan
pendekatan apresiasi. Pendekatan apresiasi dalam pendidikan seni dimaksudkan untuk
menumbuhkan minat dan apresiasi siswa untuk menghargai dan menikmati seni,
merangsang kemampuan berseni, serta memanfaatkan pengalaman estetiknya dalam
kehidupan sehari-hari. pendidikan apresiasi seni memegang peranan yang amat
penting dalam mewujudkan kreativitas, imajinasi, daya cipta serta daya inovasi
pada para peserta didik kita dalam kerangka pemberdayaan (empowerment) mereka untuk mendukung kehidupan masyarakat yang
sejahtera dan damai.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian apresiasi seni?
2.
Apa
saja jenis apresiasi seni?
3.
Bagaimana
tahapan dalam mengapresiasi seni?
4.
Apa
tujuan dan fungsi apresiasi seni?
5.
Bagaimana
pendekatan dalam apresiasi seni?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian apresiasi seni.
2.
Untuk
mengetahui jenis- jenis apresiasi seni.
3.
Untuk
mengetahui tahapan dalam mengapresiasi
seni.
4.
Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi apresiasi seni.
5.
Untuk
mengetahui pendekatan dalam apresiasi
seni.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Apresiasi Seni
Hakikatnya
manusia diciptakan atau dianugrahi Tuhan yang dinamakan dengan rasa keindahan
atau sense of beauty. Rasa keindahan
sangat bermacam-macam dan sangat bergantung dari individu yang menilaisuatu
karya seni. Mungkin ada beberapa individu atau kelompok yang menilai karya
tersebut dengan positif, namun ada pula yang menilai negatif. Perasaan untuk
merasakan keindahan dari suatu karya seni sangat dipengaruhi oleh pengalaman
individu terhadap karya senimaupun berkarya seni. Berdasarkan pengalaman yang
pernah dialami oleh individu itulah yang pada dasarnya akan menimbulkan sikap
dan kemampuan untuk menilai dan menghargai sebuah karya seni. Hal inilah
sedikit gagasan yang disebut dengan apresiasi seni.
Secara
umum apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya sehingga
dapat mengadakan penilaian atau penghargaan terhadapnya. Didalam mengapresiasi
kurang lebih berarti: mengerti serta menyadari sepenuhnya sehingga mampu
menilai semestinya; sedang dalam hubungannya dengan seni menjadi: mengerti dan
menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif
terhadap segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan menilai karya
tersebut dengan semestinya.[1]
Apresiasi
mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk beluk hasil seni serta menjadi
sensitive terhadap segi-segi di dalamnya, sehingga mampu menikmati dan menilai
karya dengan semestinya. Kemampuan mengamati dan menanggapi karya seni atau
bentuk visual atau tekstual yang ada dalam karya seni, disana bukan sekedar
kemampuan mencatat ciri-ciri (atau data) yang ada pada objek, namun lebih dari
itu, kesanggupan menemukan kandungan objek itu menjadi penting. Beberapa hal
yang penting dalam mengamati/mengapresiasi karya seni adalah seringnya
mengamati (perception constancy),
latar belakang informasi, kondisi psikologi saat mengamati karya.[2]
Berapresiasi
(to appreciate) berarti menghargai.
Kata menghargai melibatkan dua pihak, yaitu subjek sebagai pihak yang memberi
penghargaan dan objek yang bernilai sebagai pihak yang dihargai. Subjek akan
memberikan penghargaan dengan tepat apabila ia mampu mengamati dan menilai apa
yang bermakna dalam objek. Sesungguhnya, semua pengertian yang menambah
pengetahuan dan pengalaman kita adalah sesuatu yang kita hargai. Oleh karenanya
berparesiasi dapat memberi kepuasan intelektual, mental dan spiritual
seseorang. Dari sinilah pentingnya kegiatan berapresiasi dalam pendidikan seni
karena siswa memperoleh pengalaman menyerap, menyaring, menyikap, mentafsirkan
dan menanggapi gejala estetik baik pada karya seni maupun alam. Dengan
pengalaman seperti itu dapat dikembangkan pula kepekaan terhadap gejala-gejala
lain, seperti gejala yang berhubungan dengan segala fenomena kehidupan,
etik-moral, dan ketuhanan. Dengan kata lain bahwa dalam kegiatan berparesiasi
potensi afeksi siswa menjadi fokus dan sasaran perhatian agar lebih berdaya dan
berkembang.[3]
Berdasarkan
uraian-uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa apresiasi adalah kegiatan
mengenali, menilai, dan menghargai bobot seni atau nilai seni. Dalam hal ini
dapat dilakukan pada suatu yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif.
Dalam memberikan apresiasi hal yang mendasar adalah tidak boleh mendasarkan
pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi harus setulus hati
dan menurut penilaian aspek umum.
B.
Jenis-jenis
Apresiasi Seni
Apresiasi
terhadap karya seni sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:[4]
1.
Apresiasi empatik, yaitu
menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat ditangkap dengan sebatas indrawi
saja.
2.
Apresiasi estetis, yaitu
menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan pengamatan dan
penghayatan yang mendalam.
3.
Apresiasi kritik, yaitu
menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan klasifikasi,
deskripsi, analisis, tafsiran, dan evaluasi serta menyimpulkan hasil penilaian
atau penghargaannya. Apresiasi yang satu ini dapat dilakukan dengan mengamati
suatu benda secara langsung dan nyata.
C.
Tahapan
dalam Mengapresiasi Seni
Selain
dari jenis-jenis apresiasi yang telah dijabarkan, untuk melakukan suatu
apresiasi seni kreatif juga memerlukan lima tahapan khusus sebagai berikut:[5]
1. Pengamatan : Pengamatan
terhadap suatu karya seni ini tidak dilakukan dengan satu indera saja. Namun,
dengan memberdayakan seluruh pribadi. Maksudnya, apresiasi ini juga dilakukan
dengan ketajaman pengamatan seseorang serta pengetahuan ilmu seni.
2. Aktivitas Fisiologis : Aktivitas
fisiologis adalah tindakan nyata dalam melakukan suatu pengamatan.
3. Aktivitas Psikologis : Aktivitas
psikologis merupakan persepsi dengan evaluasi yang kemudian dapat menimbulan
suatu interpretas imajinatif sebagai pendorong kreativitas.
4. Aktivitas Penghayatan : Aktivitas
penghayatan dapat dilakukan dengan mengamati suatu objek karya seni secara
mendalam.
5. Aktivitas Penghargaan : Aktivitas
penghargaan merupakan suatu evaluasi terhadap objek dengan menyampaikan saran
atau kritikan.
D.
Tujuan
dan Fungsi Apresiasi Seni
1. Tujuan
Dari sense of beauty atau rasa
keindahan yang diberikan oleh Tuhan untuk manusia, apresiasi seni rupa berbeda
dari setiap individu yang menilai suatu karya seni tersebut. Apresiasi yang
diberikan juga tidak melulu bernilai positif saja, kadang bisa juga bernilai
negatif. Namun, mengapa ada apresiasi seni rupa? Tujuan seseorang melakukan
apresiasi seni rupa adalah menjadikan masyarakat agar tahu apa, bagaimana, dan
alasan dari karya seni tersebut diciptakan. Maka, dapat disimpulkan bahwa agar
masyarakat dapat menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya. Tujuan lain
dari apresiasi seni rupa adalah untuk mengembangkan nilai estetika dari suatu
karya seni, serta mengembangkan kreasi dan untuk suatu penyempurnaan hidup.[6]
2. Fungsi
Kegiatan
apresiasi memiliki beberapa fungsi yang berkaitan dengan kegiatan mental
seperti penikmatan, penilaian, empati dan hiburan. Penikmatan karya seni rupa akan menimbulkan rasa puas,
kecewa, atau tidak menimbulkan apa-apa. Proses penilaian karya seni
berlangsung dalam mencari nilai-nilai seni, pemahaman isi dan pesan dari karya
seni, dan mengadakan perbandingan-perbandingan sehingga didapatkan kesimpulan.
Penilaian merupakan pekerjaan yang kompleks, karena pemahaman terhadap makna
karya seni tidaklah mudah. Empati yaitu ikut merasakan
suka duka, pikiran, perasaan, watak, dan pandangan hidup yang tercermin pada
karya seni tersebut. Disamping itu penikmatan karya seni rupa juga merupakan
suatu hiburan, sepertihalnya ketika kita melihat film atau
pertunjukan, dimana salah satu tujuannya adalah untuk mencari hiburan atau
kesenangan.[7]
E.
Pendekatan dalam Apresiasi Seni
Apresiasi
seni dalam prosesnya membutuhkan sebuah tahapan yang perlu dilalui untuk
memunculkan sikap penghargaan terhadap karya seni. Dalam melakukan apresiasi
seni rupa ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pendekatan
analitik, kognitif, aplikatif, kesejarahan, problematik, dan semiotik. Berikut
ini adalah uraian mengenai berbagai pendekatan untuk dapat melakukan apresiasi
seni rupa.
1. Pendekatan Analitik
Pendekatan
analitik dikembangkan oleh Feldman dan Plummer, pendekatan ini merupakan suatu
cara melakukan apresiasi dengan melakukan analisis terhadap sebuah karya seni
rupa dilihat dari beberapa sudut pandang dan tahapan yakni:[8]
a. Deskripsi
b. Analisis
c. Interprestasi
d. Judgement
2. Pendekatan Kognitif
Pendekatan
ini dikembangkan oleh Michael Parson, dalam penjelasannya setiap orang berbeda
dalam memberikan respon terhadap karya seni karena tergantung dari perkembangan
kognitifnya yang berhubungan dengan karya seni. Ia membedakan lima tingkat
kemampuan melakukan apresiasi dan kadang masing-masing tingkat overlaping satu
dengan lainnya sehingga menjadi sangat rumit. Namun apabila dicermati terdapat hal-hal
penting yang dapat dipelajari. Namun sebelumnya ia menjelaskan tentang empat
aspek dalam karya seni dan keempat aspek itu ada dalam masing-masing tahap.
Keempat aspek tersebut meliputi subjek; ekspresi; medium, bentuk dan gaya; judgement.[9]
3. Pendekatan Aplikatif
Pendekatan
ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman tentang karya seni melalui
keterlibatan langsung dalam membuat karya seni. Pendekatan ini sangat efektif
karena sang apresiator dapat menghayati langsung dan mendalam bagaimana
liku-liku penciptaan karya seni. Bagaimana kesulitan menggunakan alat dan bahan
serta bagaimana mendapatkan warna dan bentuk yang harmonis. Misalnya untuk
apresiasi wayang, apresiator membaca cerita lalu memilih tokoh wayang dan
kemudian membuatnya. Jadi, dengan metode
learning by doing (belajar
dengan melakukan) memberi kesempatan kepada apresiator secara aktif
mengalami hingga
menghayati proses penciptaan karya seni.[10]
4. Pendekatan Kesejarahan
Pendekatan
kesejarahan merupakan pengembangan apresiasi seni melalui penelusuran sejarah perkembangan
seni dari periodeke periode, lahirnya seni mengikuti perkembangan masyarakat.
Dengan pendekatan ini apresiator akan lebih dapat memahami suatu karya seni
misalnya tentang cerita wayang lakonnya diambil dari mana dan apa isi
ceritanya. Lalu tentang batik, kenapa batik pedalaman seperti Yogya dan
Surakarta lebih gelap dibanding batik pesisiran di Pekalongan. Kemudian
perkembangan seni di Indonesia mulai dari zaman prasejarah hingga saat ini
mengapa begitu bervariasi. Dengan mengetahui proses perkembangan seni akan
dapat memberi pemahaman yang lebih mendalam tentang karya seni. Hal ini juga
dapat diterapkan kepada seniman secara individu, misalnya perkembangan teknik
melukis Affandi dari realisme hingga ekspresionisme dengan menggunakan teknik
plototan. Pendekatan kesejarahan tidak pula dapat lepas dari pendekatan
sosiologis jika ingin mengetahui perkembangan seni suatu kelompok masyarakat.
Dalam tataran individu tidak dapat lepas dari pendekatan psikologis dan
biografis.[11]
5. Pendekatan Problematik
Dengan
pendekatan ini seni dipahami melalui pemahaman makna dan mencarian jawaban
seputar seni; seperti makna seni, hubungan seni dengan keindahan, seni dan
ekspresi, seni dengan alam, fungsi seni rupa bagi kehidupan manusia, jenis seni
rupa, gaya dalam seni rupa dan sebagainya. Dengan pendekatan ini apresiator
dapat lebih holistik (utuh dan luas) memahami seni. Misalnya tentang persoalan
kenapa manusia membutuhkan seni? Apa peran seni dalam kehidupan manusia dan
seterusnya. Kelemahan pendekatan ini terlalu teoritis, namun demikian
untukmengurangi kejenuhan teori dapat dilakukan variasi dengan alat peraga
visual dan variasi tugas untuk didiskusikan.[12]
6. Pendekatan Semiotik
Seni
rupa merupakan karya manusia yang penuh dengan tanda dan makna, untuk
mengungkapkannya dapat dilakukan melalui pendekatan semiotika. Menurut Aart van
Zoest istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani semionyang berarti tanda,
yang saat ini menjadi cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tandadan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Semiotika sangat kental dengan
masalah bahasa verbal sebagai media komunikasi, namun dalam perkembangannya
penggunaannya merambah ke berbagai bidang ilmu termasuk seni rupa. Hal ini
dikarenakan seni rupa pada dasarnya berupa tanda dan media komunikasi
non-verbal, maka pendekatan semiotika dapat digunakan untuk keperluan analisis
bahasa visual yang ada pada seni rupa.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apresiasi
adalah kegiatan mengenali, menilai, dan menghargai bobot seni atau nilai seni.
Dalam hal ini dapat dilakukan pada suatu yang bersifat positif ataupun yang
bersifat negatif. Dalam memberikan apresiasi hal yang mendasar adalah tidak
boleh mendasarkan pada suatu ikatan teman atau pemaksaan. Pemberian apresiasi
harus setulus hati dan menurut penilaian aspek umum.
Apresiasi
terhadap karya seni dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Apresiasi
empatik,
2. Apresiasi
estetis,
3. Apresiasi
kritik.
Untuk
melakukan suatu apresiasi seni memerlukan lima tahapan khusus, yakni:
1. Pengamatan,
2. Aktivitas fisiologis,
3. Aktivitas psikologis,
4. Aktivitas penghayatan
5. Aktivitas penghargaan.
Tujuan seseorang melakukan apresiasi seni rupa adalah
menjadikan masyarakat agar tahu apa, bagaimana, dan alasan dari karya seni
tersebut diciptakan. Tujuan lain dari apresiasi seni rupa adalah untuk
mengembangkan nilai estetika dari suatu karya seni, serta mengembangkan kreasi
dan untuk suatu penyempurnaan hidup. Kegiatan
apresiasi ini memiliki beberapa fungsi yang berkaitan dengan kegiatan mental
seperti penikmatan, penilaian,
empati dan hiburan.
Apresiasi
seni dalam prosesnya membutuhkan sebuah tahapan yang perlu dilalui untuk
memunculkan sikap penghargaan terhadap karya seni. Dalam melakukan apresiasi
seni rupa ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pendekatan
analitik, kognitif, aplikatif, kesejarahan, problematik, dan semiotik.
B. Saran
Demikian pemaparan kami tentang apresiasi
seni, semoga bermanfaat bagi kehidupan kita, amiin. Tanggapan, kritik dan saran dari
Anda akan sangat berarti bagi kebaikan kita bersama ke depan. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Jazuli. (2008). Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang:
Unesa University Press.
Kasiyan. (2016). Apresiasi Seni
Rupa dan Apresiasi Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.
Mikke Susanto. (2003). Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta:
Penerbit Buku Baik & Penerbit Jendela.
Nooryan Bahari. (2008). Apresiasi
Seni Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soedarso. (2006). Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni. Yogyakarta:
Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
[1]
Soedarso, Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni,
(Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta, 2006), hlm. 162
[2]
Mikke Susanto, Membongkar Seni Rupa,
(Yogyakarta: Penerbit Buku Baik & Penerbit Jendela, Yogyakarta, 2003), hlm.
27
[3]
Jazuli, Paradigma Kontekstual Pendidikan
Seni, (Semarang: Unesa University Press, 2008), hlm. 80
[4]
Diakses dari https://ilmuseni.com/seni-rupa/apresiasi-seni-rupa
tanggal 15/02/2018, pukul 9.07 WIB
[5]
Ibid.
[6]
Ibid.
[7]
Diakses dari https://www.senibudayaku.com/2017/03/apresiasi-seni-rupa-pengertian-kriteria-dan-fungsi-apresiasi.html tanggal 15/02/2018, pukul 9.21 WIB
[8]
Kasiyan, Apresiasi Seni Rupa dan Kritik
Seni Rupa, (Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
2016), hlm. 48
[9]
Ibid., hlm. 52
[10]
Ibid., hlm. 58-59
[11]
Ibid., hlm. 59
[12]
Ibid., hlm. 60
[13]
Ibid., hlm. 60-61
No comments:
Post a Comment